Tuesday, December 25, 2007

Pemanasan Global dan Dampak Yang Ditimbulkannya



















Akhir-akhir ini kita sering mersakan cuaca yang sering berubah-ubah. Kadang kala hujan, kadang kala kering. Dulu kita bisa memprediksi bahwa pada bulan Oktober – Pebruari adalah musim hujan, namun kini prediksi itu tidak bisa tepat lagi. Kadang kala dalam satu tahun musim hujan datang lebih lama dan musim kemarau lebih sedikit siklusnya dan juga sebaliknya. Perubahan cuaca juga kita rasakan di kota-kota yang dulunya sejuk, kini suhunya semakin panas. Semua yang kita rasakan tersebut merupakan suatu fenomena alam yang disebut perubahan iklim. Pemanasan Global (global warming) menjadi salah satu penyebab perubahan iklim tersebut. Pada tanggal 03 sampai dengan 14 Desember kemarin, terjadi suatu agenda besar dalam rangka penyelamatan bumi yaitu Konferensi Perubahan Iklim atau Climate Change Conferention yang bertempat di Nusa Dua Bali yang diikuti lebih dari 186 Negara. Baiklah sebelum lebih jauh melangkah mari kita ikuti satu demi satu uraian di bawah ini :


Pemanasan Global

Definisi

Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya suhu rata-rata di atmosfer, laut dan daratan Bumi.

Temperatur rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca atau GRK akibat aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca.

IPCC

IPCC adalah sebuah panel antar-pemerintah yang terdiri dari ilmuwan dan ahli dari berbagai disiplin ilmu di seluruh dunia. Tugasnya menyediakan data-data ilmiah terkini yang menyeluruh, tidak berpihak dan transparan mengenai informasi teknis, sosial, dan ekonomi yang berkaitan dengan isu perubahan iklim. Termasuk informasi mengenai sumber penyebab perubahan iklim, dampak yang ditimbulkan serta strategi yang perlu dilakukan dalam hal pengurangan emisi, pencegahan, dan adaptasi.

Penyebab pemanasan global

1. Efek rumah kaca

Sebagian panas yang terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbondioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat. Inilah yang disebut efek rumah kaca. Dengan tingginya kadar CO2 yang dimuntahkan oleh pabrik-pabrik dan kendaraan bermotor, maka permukaan bumi merupakan rumah kaca dalam skala global. CO2 merupakan salah satu contoh emisi. Emisi itu sangat beragam: CO, CO2, SO2, H2S, CS2 dan CFC. CO2 dan CFC tidak beracun, sedangkan yang lain semuanya beracun. Namun yang berbahaya secara global justru yang tidak beracun. CFC merusak lapisan ozon perisai yang ditempatkan di angkasa utuk melindungi bumi dari sengatan fraksi ultra violet yang berbahaya dari photon (sinar matahari). Sedangkan Gas Rumah Kaca CO2 itulah yang memegang peranan dalam hal pemanasan global. Ruang antara lapisan CO2 dengan permukaan bumi tak ubahnya ibarat ruang dalam rumah kaca, menjadi perangkap panas, oleh karena sifat gas CO2 sama dengan kaca, gampang ditembus photon, tetapi sukar ditembus panas.

Sebenarnya, efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin (mencapai -180 C)[3] sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi, akibat jumlah gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer, pemanasan global menjadi akibatnya.



2. Efek umpan balik

Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan radiasi infra merah balik ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat).

Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es.Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersama dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air dibawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.

Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.

Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.


Dampak pemanasan global

1. Cuaca

Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat. Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan.

Pada tahun 2005 terjadi peningkatan suhu di dunia 0,6-0,70 ° C sedangkan di Asia lebih tinggi, yaitu 10. selanjutnya adalah ketersediaan air di negeri-negeri tropis berkurang 10-30 persen dan melelehnya Gleser (gunung es) di Himalaya dan Kutub Selatan. Secara general yang juga dirasakan oleh seluruh dunia saat ini adalah makin panjangnya musim panas dan makin pendeknya musim hujan, selain itu makin maraknya badai dan banjir di kota-kota besar (el Nino) di seluruh dunia. Serta meningkatnya cuaca secara ekstrem, yang tentunya sangat dirasakan di negara-negara tropis. Jika ini kita kaitkan dengan wilayah Indonesia tentu sangat terasa, begitu juga dengan kota-kota yang dulunya dikenal sejuk dan dingin makin hari makin panas saja. Contohnya di Jawa Timur bisa kita rasakan adalah Kota Malang, Kota Batu, Kawasan Prigen Pasuruan di Lereng Gunung Welirang dan sekitarnya, juga kawasan kaki Gunung Semeru. Atau kota-kota lain seperti Bogor Jawa Barat, Ruteng Nusa Tenggara, adalah daerah yang dulunya dikenal dingin tetapi sekarang tidak lagi.



2. Kenaikan permukaan laut

Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang (Rob) akan meningkat di daratan.

Pulau-pulau kecil terluar bisa lenyap dari peta bumi, sehingga garis kedaulatan negara bisa menyusut. Dan diperkirakan dalam 30 tahun mendatang sekitar 2.000 pulau di Indonesia akan tenggelam. Bukan hanya itu, jutaan orang yang tinggal di pesisir pulau kecil pun akan kehilangan tempat tinggal. Di Indonesia peningkatan suhu itu berwujud tanda yang kasatmata adalah menghilangnya salju yang dulu menyelimuti satu-satunya tempat bersalju di Indonesia, yaitu Gunung Jayawijaya di Papua. Menurut hasil studi yang dilakukan ilmuwan di Pusat Pengembangan Kawasan Pesisir dan Laut, Institut Teknologi Bandung (2007), jika suhu bumi terus meningkat, maka diperkirakan, pada tahun 2050 daerah-daerah di Jakarta (seperti: Kosambi, Penjaringan, dan Cilincing) dan Bekasi (seperti : Muaragembong, Babelan, dan Tarumajaya) akan terendam semuanya.


3. Pertanian

Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.

4. Hewan dan tumbuhan

Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.

Dampak lainnya adalah dari hasil penelitian Global Coral Reef Monitoring Network menunjukkan, lebih dari dua pertiga terumbu karang di seluruh dunia telah rusak, bahkan terancam punah. Ancaman ini tak lain karena adanya pemanasan global yang tengah terjadi. Berbagai ancaman dapat berisiko bagi kelangsungan terumbu karang, semisal polusi, pencemaran, penangkapan ikan berlebihan, kenaikan temperatur, dan penggunaan sianida dan bom untuk menangkap ikan.


5. Kesehatan manusia

Di dunia yang hangat, para ilmuan memprediksi bahwa lebih banyak orang yang terkena penyakit atau meninggal karena stress panas. Wabah penyakit yang biasa ditemukan di daerah tropis, seperti penyakit yang diakibatkan nyamuk dan hewan pembawa penyakit lainnya, akan semakin meluas karena mereka dapat berpindah ke daerah yang sebelumnya terlalu dingin bagi mereka. Saat ini, 45 persen penduduk dunia tinggal di daerah di mana mereka dapat tergigit oleh nyamuk pembawa parasit malaria; persentase itu akan meningkat menjadi 60 persen jika temperature meningkat. Penyakit-penyakit tropis lainnya juga dapat menyebar seperti malaria, seperti demam dengue, demam kuning, dan encephalitis. Para ilmuan juga memprediksi meningkatnya insiden alergi dan penyakit pernafasan karena udara yang lebih hangat akan memperbanyak polutan, spora mold dan serbuk sari.

Meningkatnya suhu ini, ternyata telah menimbulkan makin banyaknya wabah penyakit endemik “lama dan baru” yang merata dan terus bermunculan; seperti leptospirosis, demam berdarah, diare, malaria. Padahal penyakit-penyakit seperti malaria, demam berdarah dan diare adalah penyakit lama yang seharusnya sudah lewat dan mampu ditangani dan kini telah mengakibatkan ribuan orang terinfeksi dan meninggal.




Pengendalian pemanasan global

Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.

1. Menghilangkan karbon

Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbondioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbondioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang lain, seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca.



2. Mengurangi produksi Gas Rumah Kaca (GRK)

Gas karbondioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, di mana karbondioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan. Ada juga melalui cara Carbon Sink. Carbon Sink adalah penyerapan atau perosotan karbon. Penyerapan disini mengacu pada penggunaan pohon, tanah, dan laut untuk menyerap karbon dari permukaan udara.



Beberapa Agenda Penyelamatan Bumi

Protokol Kyoto

Protokol Kyoto dari Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Perubahan Iklim (Kyoto Protocol to The United Nations Framework Convention on Climate Change) adalah kesepakatan yang mengatur upaya penurunan emisi GRK oleh negara maju, secara individu atau bersama-sama. Protokol ini disepakati pada Konferensi Para Pihak Ketiga (COP III) yang diselenggarakan di Kyoto pada Desember 1997.

Setelah tahun 1997, para perwakilan dari penandatangan Protokol Kyoto bertemu secara reguler untuk menegoisasikan isu-isu yang belum terselesaikan seperti peraturan, metode dan pinalti yang wajib diterapkan pada setiap negara untuk memperlambat emisi gas rumah kaca. Para negoisator merancang sistem di mana suatu negara yang memiliki program pembersihan yang sukses dapat mengambil keuntungan dengan menjual hak polusi yang tidak digunakan ke negara lain. Sistem ini disebut perdagangan karbon. Sebagai contoh, negara yang sulit meningkatkan lagi hasilnya, seperti Belanda, dapat membeli kredit polusi di pasar, yang dapat diperoleh dengan biaya yang lebih rendah.

Protokol Kyoto adalah sarana teknis untuk mencapai tujuan Konvensi Perubahan Iklim. Jadi protokol ini menetapkan sasaran penurunan emisi oleh negara industri sebesar 5% di bawah tingkat emisi 1990 dalam periode 2008-2012.

Yang Diatur dalam Protokol Kyoto

Protokol Kyoto terdiri dari 28 pasal dan dua lampiran (annex) serta menetapkan penurunan emisi GRK akibat kegiatan manusia, mekanisme penurunan emisi, kelembagaan, serta prosedur penataan dan penyelesaian sengketa. Annex A mencantumkan jenis GRK yang diatur protokol yaitu : karbondioksida (C02), metana (CH4), nitrogen oksida (N20), hidrofluorokarbon (HFC), Perfluorokarbon (PFC) dan sulfur heksaflourida (SF6) beserta sumber emisinya seperti pembangkit energi, proses industri, pertanian dan pengolahan limbah.

Negara berkembang tidak diwajibkan menurunkan emisi tetapi bisa melakukannya secara sukarela dan diminta melaksanakan pembangunan berkelanjutan yang lebih bersih dan lebih ramah iklim. Untuk itu, negara maju diwajibkan memfasilitasi alih teknologi dan menyediakan dana bagi program pembangunan berkelanjutan yang ramah iklim.

Mekanisme Protokol Kyoto

Protokol Kyoto menyatakan bahwa negara Annex I pada Konvensi Perubahan Iklim harus mengurangi emisi melalui kebijakan dan langkah-langkah di dalam negeri, antara lain meningkatkan efisiensi penggunaan energi, perlindungan perosot (peresap) GRK, teknologi yang ramah iklim dsb. Selain itu, untuk memudahkan negara maju memenuhi sasaran penurunan emisi, Protokol Kyoto juga mengatur mekanisme fleksibel, yakni:

1. Implementasi Bersama (Joint Implementation);

Yaitu mekanisme penurunan emisi dimana negara-negara Annex I dapat mengalihkan pengurangan emisi melalui proyek bersama dengan tujuan mengurangi emisi

2. Perdagangan Emisi (Emission Trading);

Ini adalah mekanisme perdagangan emisi yang hanya dapat dilakukan antar negara industri untuk memudahkan mencapai target. Negara industri yang emisi GRK-nya di bawah batas yang diizinkan dapat menjual kelebihan jatah emisinya ke negara industri lain yang tidak dapat memenuhi kewajibannya. Namun, jumlah emisi GRK yang diperdagangkan dibatasi agar negara pembeli emisi tetap memenuhi kewajibannya.

3. Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism--CDM)

Pasal 12 Protokol Kyoto menguraikan prosedur penurunan emisi GRK dalam rangka kerja sama negara industri dengan negara berkembang. Mekanisme ini diharapkan membantu negara Annex I mencapai target pengurangan emisi dan negara non Annex I dapat melaksanakan program pembangunan berkelanjutan. Caranya adalah negara Annex I melakukan investasi dalam program pengurangan emisi atau program yang berpotensi mengurangi emisi dan/atau menyerap GRK di negara berkembang. Hasilnya akan dihitung sebagai pengurangan emisi di negara Annex I yang melakukan investasi tersebut. Mekanisme ini melibatkan berbagai persyaratan dan diawasi oleh sebuah badan operasional (Executive Board) yang ditunjuk COP. Dalam pelaksanaannya CDM adalah murni bisnis jual beli emisi.

Negara Annex I dan Negara Non-Annex I

Negara Annex I adalah negara-negara yang telah menyumbangkan pada GRK akibat kegiatan manusia sejak revolusi industri tahun 1850-an, yaitu: Amerika Serikat, Australia, Austria, Belanda, Belarusia, Belgia, Bulgaria, Ceko, Denmark, Estonia, Finlandia, Federasi Rusia, Jerman, Hongaria, Irlandia, Italia, Inggris, Islandia, Jepang, Kanada, Kroasia, Latvia, Liechtenstein, Lithuania, Luxemburg, Monako, Norwegia, Polandia, Portugal, Perancis, Rumania, Selandia Baru, Slovakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, Swiss, Turki, Ukraina, Uni Eropa dan Yunani.

Sedangkan Negara Non-Annex I adalah negara-negara yang tidak termasuk dalam Annex I, yang kontribusinya terhadap GRK jauh lebih sedikit serta memiliki pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih rendah. Indonesia termasuk dalam negara Non-Annex I.



Climate Change Conferention – Konferensi Perubahan Iklim di Nusa Dua Bali

Setelah melalui perundingan alot dan perpanjangan waktu, akhirnya semua delegasi Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (UNCCC) menyepakati "Bali Road Map" (Peta Jalan Bali), termasuk delegasi Amerika Serikat yang semula menolak. Konferensi ini berlangsung dari tanggal 03 hingga 14 Desember 2007.

Dengan disetujuinya "Bali Road Map" sebagai kerangka awal, maka pembahasan sistem pengaturan baru perubahan iklim pascaperiode pertama Protokol Kyoto 2012 bisa digelar di Polandia tahun 2008 mendatang.

Hal itu mengemuka pada sidang pleno penutupan Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim di Bali International Convention Center (BICC) Nusa Dua Bali, Sabtu (15 Desember 2007). Konferensi tersebut seharusnya berakhir Jumat (14 Desember 2007), namun alotnya perundingan karena tarik ulur kepentingan negara maju dan berkembang untuk mencapai kesepakatan, memaksa digelarnya perpanjangan waktu.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, hasil dari konferensi tersebut telah menggoreskan sejarah baru dengan keberhasilan bersama mewadahi seluruh negara dalam satu payung kesepakatan untuk upaya perubahan iklim. "Di samping Australia yang telah meratifikasi Protokol Kyoto sebelum konferensi dimulai, Amerika pun setuju melangkah bersama-sama menuju penyelesaian akhir ’Bali Road Map’ di Kopenhagen 2009 mendatang. Ini adalah capaian yang baik untuk masa depan dunia," ungkapnya.


Isu Penting yang dibahas dalam Konferensi

1. Dana dan Pelaksanaan Program Adaptasi Perubahan Iklim
2. Pengurangan Emisi dari Kerusakan Hutan di Negara Berkembang/ Reducing
Emission from Deforestation in Developing Country (REDD)
3. Transfer Teknologi


Langkah-langkah Positif

Nyepi

Nyepi yang bagi umat Hindu adalah ritual perenungan menjelang tahun baru Caka diajukan menjadi World Silent Day karena berhasil menghentikan pencemaran secara signifikan dalam dimensinya yang lebih universal. Tak banyak yang menyadari kalau kegiatan ini ternyata memberikan kontribusi yang cukup besar dalam mengurangi emisi gas CO2 yang selama ini cukup menyiksa bumi dan segala kehidupan didalamnya. Ada beberapa alasan logis yang terkandung dalam Hari Raya Nyepi, misalnya : sebanyak 1 juta unit kendaraan tidak mengkonsumsi rata-rata 4 liter bensin se hari dan minimal 80 pesawat tidak mengkonsumsi avtur sebanyak 1.600 kiloliter. 1 liter bensin atau avtur menghasilkan 2,4 kilogram CO2. Jadi, sebanyak 13,5 ton persegi CO2 telah berkurang selama Nyepi. Kegiatan seperti Nyepi ini akan berpengaruh besar apabila tidak dilakukan hanya di Bali, melainkan di seluruh penjuru dunia.


Penanaman Pohon Kembali

Pohon adalah paru-paru dunia. Begitu penting peran pohon bagi kehidupan manusia. Bukan hanya sekadar mengendalikan air di dalam tanah dan permukaan bumi, tidak banjir di musim hujan dan tidak kering di musim kemarau. Akan tetapi, dan ini yang lebih penting, adalah untuk terjadinya daur: tumbuh-tumbuhan penghasil oksigen, yang membutuhkan CO2 - manusia dan binatang penghasil CO2, yang membutuhkan oksigen. Penanaman sejuta pohon merupakan program yang sangat baik untuk memerperbaiki bumi yang semakin lama semakin gundul. Banyak sekali hutan yang habis ditebang tanpa manfaat dengan baik.

Penanaman sepuluh juta pohon seperti yang dicanangkan Ibu Ani Susilo Bambang Yudhoyono dalam Gerakan Tanam dan Pelihara Sepuluh Juta Pohon merupakan langkah awal dalam mengurangi emisi.

Indonesia menargetkan menanam lima juta hektar hingga 2009. Dengan gerakan ini akan ditanam 13 juta pohon yang setara dengan 26.000 hektar. Sehingga saat usia tanaman telah 6-7 tahun pohon ini dapat menyerap 200 ton karbon per hektar,".

Pengurangan Ketergantungan

Pemicu utamanya pemanasan global adalah meningkatnya emisi karbon, akibat penggunaan energi fosil (bahan bakar minyak, batubara dan sejenisnya, yang tidak dapat diperbarui). Penghasil terbesarnya adalah negeri-negeri industri seperti Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Kanada, Jepang, China, dll. Ini diakibatkan oleh pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat negera-negara utara yang 10 kali lipat lebih tinggi dari penduduk negara selatan. Untuk negara-negara berkembang meski tidak besar, ikut juga berkontribusi dengan skenario pembangunan yang mengacu pada pertumbuhan. Memacu industrilisme dan meningkatnya pola konsumsi tentunya, meski tak setinggi negara utara. Industri penghasil karbon terbesar di negeri berkembang seperti Indonesia adalah perusahaan tambang (migas, batubara dan yang terutama berbahan baku fosil).

Sudah saatnya kita mulai menggunakan energi bahan bakar alternatif yang tidak hanya dari bahan energi fosil, misalnya untuk kebutuhan memasak. Menggunakan energi biogas (gas dari kotoran ternak) seperti yang dilakukan komunitas merah putih di Kota Batu. Desentraliasasi energi memang harus dilakukan agar menghantarkan kita pada kedaulatan energi dan melepas ketergantungan pada sentralisasi energi yang pada akhirnya harganya pun makin mahal saja. Selain itu kita juga sudah harus merubah pola konsumsi kita yang boros terhadap bahan bakar fosil karena lama-kelamaan bahan bakar tersebut akan habis.


Pesan

Dunia yang kita huni ini bukan hanya untuk beberapa tahun saja. Bukan hanya untuk kita saja. Generasi kita jugalah yang akan menikmati kehidupan di dunia ini. Kalau bukan kita yang akan menjaga dan merawat bumi ini siapa lagi. Sejak dini mulailah kita memperbaiki sikap kita, mulailah kita ramah terhadap lingkungan, mulailah kita bersikap arif terhadap bumi. Bila tidak dari sekarang, kita akan merasakan dampak yang sangat besar untuk generasi-generasi mendatang. Pemanasan global bukanlah disebabkan oleh alam, pemanasan global sebenarnya karena ulah manusia yang semakin serakah, semakin tidak ramah terhadap lingkungan seperti dalam Al Qur’an Surat Ar Ruum ayat 41, yang artinya : Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).


Sumber : Dari berbagai sumber, diolah.

Bali Road Map, Sebuah Catatan Untuk Dunia


Pada awal Desember lalu, tanggal 03 – 14 Desember 2007 bertempat di Nusa Dua – Bali telah terjadi sebuah agenda besar yang diselenggarakan oleh UNFCCC yaitu sebuah Konferensi Perubahan Iklim atau Climate Change yang diikuti lebih dari 180 negara di dunia.

Nusa Dua - "Bali Roadmap" merupakan hasil kesepakatan dari Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) dalam upaya menyelamatkan bumi. "Bali Roadmap" adalah sebuah jalan untuk semua negara yang telah menyepakati untuk dapat menjalankan tugasnya dalam penyelamatan planet bumi ini, dengan langkah-langkah mengurangi emisi CO2," kata Presiden COP-13, Rachmat Witoelar di Nusa Dua, Bali.


Ia menyebutkan, alotnya untuk mencapai kesepakatan dalam draf "Bali Roadmap" adalah soal seberapa negara-negara maju mampu menargetkan untuk menurunkan emisi CO2, karena dalam draf itu bagi negara-negara maju mempunyai kewajiban sangat ketat untuk menurunkan emisi, sesuai harapan hingga tahun 2050. Namun setelah peserta delegasi tidak mengikat dengan target angka hingga 2012, tetapi harus memenuhi target angka untuk penurunan emisi CO 2 pada 2050. Kesepakatan Bali Roadmap tersebut tidak ada kendala lagi, yang terpenting bagaimana upaya masing-masing negara tersebut untuk menurunkan emisi CO2.

"Hal itu terbukti delegasi Amerika Serikat telah menyatakan, bahwa apa yang menjadi komitmen dan kesepakatan yang dihasilkan dalam pertemuan ini, mereka akan mengikuti saja,"

witoelar mengatakan, negara-negara maju justru akan mempelopori untuk mengurangi pencemaran melalui penurunan emisi karbon atau CO2. Dalam hal itu bukan saja ditekankan pada negara-negara berkembang saja.

Disamping Australia yang telah meratifikasi Protokol Kyoto beberapa saat sebelum UNFCCC, maka Amerika Serikat, yang sejak semula bersikukuh tidak mau menandatangani Protokol Kyoto, telah mengeluarkan pernyataan untuk setuju melangkah bersama-sama menuju pertemuan di Kopenhagen, Denmark, 2009. Keikutsertaan AS dalam Bali Roadmap memberikan sinyal positif bagi keberhasilan menyatukan seluruh bangsa dalam satu aksi bersama untuk menyelamatkan bumi.

Melunaknya sikap AS yang mau menerima kerangka yang ditawarkan "Bali Road Map" didasari atas permintaan mereka agar negara berkembang pun ikut bertanggung jawab dalam penurunan emisi karbon melalui program pembangunan berkelanjutan. Konsep tersebut bisa dilaksanakan jika ada dukungan transfer teknologi dan pendanaan dari negara maju untuk mendukung negara berkembang.

Sikap kooperatif AS mendapat sambutan hangat dari 189 negara peserta konferensi. Negosiator AS Paula J. Dobriansky menyatakan, AS menghargai komitmen, terutama yang ditunjukkan negara berkembang untuk menyelamatkan bumi. "Menjadi kepentingan bagi kami untuk menyepakati konsensus upaya penurunan emisi melalui Bali Road Map hingga menghasilkan keputusan dalam pertemuan di Kopenhagen pada 2009,".

Sementara itu, Emil Salim pemimpin delegasi Indonesia dalam konferensi itu mengatakan, untuk mendapatkan kata sepakat dalam pengurangan emisi dari negara maju pada konferensi kali ini sangat berat. Tetapi ini merupakan desakan dari negara-negara kecil dan kepulauan. Menurutnya, jika negara-negara maju tidak mampu bersama-sama menahan laju suhu bumi yang naik mencapai dua derajat Celsius itu, maka negara kecil atau kepulauan tersebut akan tenggelam.


Isu Penting yang dibahas dalam Konferensi

1. Dana dan Pelaksanaan Program Adaptasi Perubahan Iklim

Negara berkembang perlu melaksanakan program adaptasi terhadap perubahan iklim dengan mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan bencana seperti badai tropis, banjir, kekeringan, longsor, abrasi, erosi, dan gangguan kesehatan akibat perubahan iklim.

2. Pengurangan Emisi dari Kerusakan Hutan di Negara Berkembang/ Reducing Emission from Deforestation in Developing Country (REDD)

a. Memasukkan AD (Avoided Deforestation atau pencegahan kerusakan hutan) agar dipertimbangkan sebagai program pengurangan emisi.
b. Mekanisme pendanaan oleh pasar (dibiayai oleh swasta) dan non-pasar (dibiayai pemerintah)
c. Pengelolaan Hutan Berkelanjutan/ Sustainable Forest Management (SFM) baik pada hutan buatan maupun hutan alami, dan rehabilitasi lahan melalui aforestasi dan reforestasi agar diperhitungkan sebagai program pengurangan emisi.

3. Transfer Teknologi

Negara maju berkewajiban melaksanakan alih teknologi yang ramah lingkungan kepada negara berkembang sesuai ketentuan dalam kedua kesepakatan iklim ini. Namun hal itu belum diwujudkan sama sekali. Bila negara berkembang diminta berpartisipasi dalam pengurangan emisi GRK, maka salah satu alat penting adalah teknologi yang dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar di negara maju. Tanpa alih teknologi negara berkembang akan kesulitan melaksanakan kewajibannya sesuai kesepakatan iklim.


Hasil Konferensi Perubahan Ikilm - Bali Road Map

The United Nations Climate Change Conference (UNCCC) 2007 berhasil melahirkan Bali Road Map. Road Map ini menghasilkan kesepakatan aksi adaptasi, jalan pengurangan emisi gas rumah kaca, transfer teknologi dan keuangan yang meliputi adaptasi dan mitigasi. Berikut poin-poin Bali Road Map, seperti disampaikan juru bicara the United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) John Hay :


Adaptasi

Negara peserta konferensi sepakat membiayai proyek adaptasi di negara-negara berkembang, yang ditanggung melalui clean development mechanism (CDM) yang ditetapkan Protokol Kyoto. Proyek ini dilaksanakan oleh Global Environment Facility (GEF). Kesepakatan ini memastikan dana adaptasi akan operasional pada tahap awal periode komitmen pertama Protokol Kyoto (2008-2012). Dananya sekitar 37 juta euro. Mengingat jumlah proyek CDM, angka ini akan bertambah mencapai sekitar US$ 80-300 juta dalam periode 2008-2012.

Teknologi
Peserta konferensi sepakat untuk memulai program strategis untuk alih teknologi mitigasi dan adaptasi yang dibutuhkan negara-negara berkembang.

REDD

Reducing emissions from deforestation in developing countries (REDD) merupakan isu utama di Bali. Para peserta UNCCC sepakat untuk mengadopsi program dengan menurunkan pada tahapan metodologi. REDD akan fokus pada penilaian perubahan cakupan hutan dan kaitannya dengan emisi gas rumah kaca, metode pengurangan emisi dari deforestasi, dan perkiraan jumlah pengurangan emisi dari deforestasi. Deforestasi dianggap sebagai komponen penting dalam perubahan iklim sampai 2012.

IPCC

Peserta sepakat untuk mengakui Laporan Assessment Keempat dari the Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) sebagai assessment yang paling komprehensif dan otoritatif.

CDM

Peserta sepakat untuk menggandakan batas ukuran proyek penghutanan kembali menjadi 16 kiloton CO2 per tahun. Peningkatan ini akan mengembangkan angka dan jangkauan wilayah negara CDM ke negara yang sebelumnya tak bisa ikut mekanisme ini.

Negara Miskin

Peserta sepakat memperpanjang mandat Grup Ahli Negara Miskin atau the Least Developed Countries(LDCs) Expert Group. Grup ini menyediakan saran kritis untuk negara miskin dalam menentukan kebutuhan adaptasi. UNCCC sepakat negara-negara miskin harus didukung karean kapasitas adaptasinya yang rendah.

Sumber : Dari berbagai sumber, diolah.

Sunday, December 9, 2007

SUBSIDI BBM DAN OPSI PEMERINTAH DALAM PENYELAMATAN APBN



Kenaikan harga minyak yang akhir-akhir ini terus melonjak hingga mendekati US$100 per barel membuat pemerintah harus bekerja keras untuk meringankan beban subsidi BBM. Kenaikan harga minyak menyebabkan penerimaan migas meningkat, pada sisi lain, beban subsidi BBM ikut pula mempengaruhi neraca pengeluaran anggaran negara. Dalam kesempatan kali ini saya akan menguraikan beberapa pengertian dasar subsidi BBM, kritik mengenai subsidi BBM yang diterapkan di Indonesia, dan opsi pemerintah dalam mengatasi besarnya subsidi BBM. Namun tidak menerangkan mengenai penyebab kenaikan harga minyak dunia. Sebelum kita melangkah lebih lanjut, ada baiknya teman-teman perlu ketahui definisi BBM, Harga BBM dan Subsidi BBM berikut ini.


Definisi BBM, Harga BBM dan Subidi BBM

BBM (bahan bakar minyak): adalah jenis bahan bakar (fuel) yang dihasilkan dari pengilangan (refining) minyak mentah (crude oil). Minyak mentah dari perut bumi diolah dalam pengilangan (refinery) terlebih dulu untuk menghasilkan produk-produk minyak (oil products), yang termasuk di dalamnya adalah BBM.

Harga BBM adalah harga yang diatur oleh pemerintah dan berlaku sama diseluruh wilayah Indonesia.

Sedangkan Subbsidi BBM, sebagaimana dapat dipahami dari naskah RAPBN dan Nota Keuangan setiap tahun, adalah “pembayaran” yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia kepada PERTAMINA (pemegang monopoli pendistribusian BBM di Indonesia) dalam situasi dimana pendapatan yang diperoleh PERTAMINA dari tugas menyediakan BBM di Tanah Air adalah lebih rendah dibandingkan biaya yang dikeluarkannya untuk menyediakan BBM tersebut”. Namun apabila bernilai positif, seperti dulu sering dialami, angka itu disebut Laba Bersih Minyak.


Mekanisme dan Elemen Biaya Penyediaan BBM

Elemen biaya penyediaan BBM di dalam negeri adalah meliputi :
( i ) biaya impor minyak mentah
( ii ) biaya pembelian minyak mentah produksi dalam negeri
( iii ) biaya impor BBM
( iv ) biaya pengilangan (refening)
( v ) biaya distribusi
( vi ) biaya tak langsung

Harga minyak dunia yang terus melambung belakangan ini akan meningkatkan biaya, khususnya untuk impor minyak mentah dan impor BBM. Karena harga jual di pasar domestik harus mengikuti harga yang ditetapkan pemerintah, maka sebagai akibatnya “subsidi BBM” juga meningkat.


Perhitungan “Subsidi BBM”

Dalam naskah APBN terminologi mengenai subsidi BBM yang dikembangkan pemerintah, tidak terdapat kaitan langsung antara butur subsidi BBM dengan pendapatan minyak. Perhitungan subsidi BBM secara sederhana dapat dilakukan dengan model sebagai berikut :

a. Penjualan produk-produk BBM = Σ Volume BBM x Harga BBM

b. Biaya menghasilkan BBM = Σ Biaya (impor crude, pembelian minyak mentah dalam negeri, impor BBM, pengilangan, distribusi tak langsung).

c. Subsidi BBM = ( a ) – ( b )

Subsidi BBM terjadi apabila jumlah penjualan-penjulan produk BBM lebih kecil daripada biaya-biaya untuk menghasilkan BBM tersebut. Kenyataan yang sering terjadi saat ini adalah dimana penjualan lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan, akibatnya apabila jumlah subsidi BBM cukup besar maka keuangan negara dapat menjadi defisit.


Pengaruh Kenaikan Harga Minyak Terhadap Subsidi BBM

Pengaruh kenaikan harga minyak terhadap penerimaan negara bersumber dari contract production sharing (KPS) atau bagi hasil dari produksi bersama minyak dan gas melalui penerimaan bukan pajak (PNBP). Selain itu, kondisi itu meningkatkan pendapatan dari pajak penghasilan migas dan penerimaan lainya.

Dalam APBN 2007, pemerintah dan DPR sepakat menetapkan harga minyak US$60 dari US$63 per barel dari kesepakatan sebelumya. Produksi minyak ditetapkan menjadi 950 ribu barel per hari dari 1 juta barel. Besaran subsidi BBM dalam APBN 2007 mencapai Rp. 56,36 triliun. Menurut Panitia Anggaran DPR, jika harga minyak naik menjadi US$70 subsidi membengkak menjadi Rp. 87, 86 triliun. Jika harga naik menjadi US$80, subsidi ikut naik menjadi Rp. 119,86 triliun. Jika harga minyak naik lagi menembus batas US$100 per barel, subsidi membengkak lagi menjadi Rp. 182,36 triliun. Setiap kenaikan harga minyak US$1 per barel, subsidi BBm bertambah Rp. 3, 15 triliun.

Menurut Depkeu, apabila harga minyak dunia meningkat sebesar US$1 per barel, defisit APBN sekitar Rp. 48 miliar – Rp. 50 miliar. Angka tersebut diperoleh dari peningkatan pendapatan sekitar Rp. 3,24 triliun – Rp. 3,45 triliun dikurangi peningkatan belanja sekitar Rp. 3,19 triliun – Rp. 3,4 triliun. Dengan dasar perhitungan itu asumsi harga minyak mentah dunia yang tercatat US$90 dan bahkan bisa mencapai US$100 per barel tidak akan mengganggu APBN 2007. Bahkan memperoleh surplus Rp. 1,44 triliun – Rp. 1,92 triliun.

Menurut dengan Ditjen Minyak dan Gas, DESDM, setiap kenaikan harga ICP US$1 per barel menyebabkan keuntungan tambahan (windfall profit) sebesar Rp. 3,3 triliun dengan asumsi kurs rupiah setara Rp. 9.050 per dolar. Namun, keuntungan tersebut masih harus dipotong biaya subsidi BBM.

Kuota BBM bersubsidi dalam APBN 2007 adalah 36,1 juta kiloliter. Terdiri dari kuota premium 16,6 juta kiloliter, minyak tanah 9,6 juta kiloliter dan solar 9,9 juta kilo liter. Sehingga surplusnya tinggal 0,19 triliun untuk setiap kenaikan US$1 per barel.

Beban kenaikan harga minyak meningkat terutama akibat subsidi BBM dan listrik yang memiliki alokasi cukup besar dalam APBN. Subsidi dalam APBN 2007 sebesar Rp. 105,023 triliun yang terdiri dari subsidi energi Rp. 88,48 triliun dan subsidi non energi Rp. 16,805 triliun. Subsidi energi itu terdiri dari subsidi BBM Rp. 55,604 triliun dan subsidi listrik Rp. 32,44 triliun.

Jika kebutuhan minyak untuk subsidi listrik dimasukkan, dampaknya secara keseluruhan menjadi negatif. Sebab belanja subsdi BBM termasuk BBM untuk PLN membengkak. Setiap kenaikan US$1, ongkos subsidi ke PLN naik Rp. 600 miliar. Menyadari beban subsidi BBM yang terus membengkak, pemerintah cukup harus berani mengambil keputusan yang bijaksana dan populer.


Kritik Terhadap Istilah “Subsidi BBM”
Subsidi BBM adalah aliran dana dari pemerintah ke PERTAMINA. Pendapatan minyak adalah aliran dana dari penjulan minyak mentah milik pemerintah, yang diterimakan ke rekening Departemen Keuangan. Sebagian besar kegiatan penjualan minyak mentah dan penyediaan BBM dilakukan oleh PERTAMINA.

Kritik yang diajukan oleh masyarakat pada umumnya adalah dimana letaknya pendapatan minyak dalam akuntansi subsidi BBM yang dilakukan pemerintah ? Mengapa tidak memasukkan pendapatan pendapatan minyak sebagai bagian (sisi input) dari mekanisme perhitungan subsidi BBM tersebut?

Dengan memasukkan pendapatan minyak ke dalam perhitungan, maka industri minyak di Indonesia selalu menghasilkan surplus. Disisi lain, masyarakat masih memiliki kesan bahwa Indonesia adalah negara ekspor, sehingga seharusnya kenaikan harga minyak dunia memberikan “windfall profit” atau keuntungan tambahan bagi Indonesia, bukannya beban subsidi BBM yang besar.

Dari teori sumber daya alam, memasukkan pendapatan minyak ke dalam model perhitungan “subsidi BBM” adalah hal logis dan fair, karena “produksi dari alam” merupakan bagian dari keseluruhan proses produksi. Industri sumber daya alam seperti minyak bumi yang sifatnya dari alam tidak tepat bila diperlakukan sama dengan industri pemrosesan atau manufaktur. Juga dalam menggunakan terminologi “subsidi” tersebut.

Namun demikian, ada pertimbangan lain bahwa minyak mentah merupakan komoditi yang dapat diperdagangkan secara internasional (internationally tradable), sehingga membiarkan minyak mentah dikonsumsi secara “murah” di dalam negeri juga bukan merupakan tindakan yang bijaksana. Menghitung harga minyak mentah di dalam negeri hanya dari biaya produksinya saja juga tidak tepat, karena selain kehilangan kesempatan (opportunity losses) bila harga minyak bumi di pasar internasional meningkat tinggi. Dalam APBN, membiarkan penerimaan minyak tetap seperti semula (pos penerimaan sumber daya alam migas dan pos penerimaan pajak migas) akan membuat “penyaluran/pemanfaatan” dari penerimaan itu untuk membiayai program-program pembangunan yang lain menjadi lebih leluasa dan tidak dibatasi hanya untuk memenuhi pos “subsidi BBM” saja. Dalam situasi dimana pendapatan migas masih menjadi penerimaan negara, mempertahankan pos penerimaan migas di satu jalur dan “subsidi BBM” di jalur lain adalah yang lebih tepat.


Apakah Subsidi BBM perlu Dihapuskan?

Subsidi BBM diberikan oleh pemerintah kepada PERTAMIN dalam bentuk aliran uang (cash). Pola ini mengandung kelemahaan bahwa subsidi BBM tidak tepat menjangkau kelompok masyarakat yang lebih pantas memperoleh subsidi. Tidak mendorong PERTAMIMA lebih efisien dalam menjalankan tugasnya menyediakan BBM di tanah air. Beberapa studi juga menyatakan bahwa subsidi BBM yang dilakukan pemerintah tidak mengena pada kelompok yang dituju.

Orang kaya memiliki banyak kendaraan, sedangkan orang miskin tidak memiliki sama sekali kendaraan bermotor, dan sektor industri dengan BBM subsidi yang sama, padahal ketiganya memiliki kebutuhan BBM yang sangat berbeda dan timpang.

APBN sesungguhnya adalah uang rakyat, maka usaha mempertahankan subsidi BBM justru berarti pemborosan uang rakyat. Subsidi sebaiknya diberikan kepada kelompok masyarakat tidak mampu dalam bentuk keuangan, pendidikan, kesehatan, penciptaan kegiatan ekonomi lokal secara langsung dan sebagainya bukan dengan beban pada harga BBM yang dinikmati oleh mayoritas orang kaya.

Apakah subsidi BBM perlu dihapuskan? Pertanyaan ini cukup kontroversi. Terlepas dari pengertian “subsidi”, Subsidi BBM dapat tetap dilakukan apabila sasaran subsidi tesebut memang tepat mengena. Dan Subsidi BBM dapat diganti dengan cara pemberian dana pendidikan, kesehatan namun cara ini apakah merupakan cara yang efektif dan efisien mengingat akan memperpanjang birokrasi dan kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Sangat ironis saat subsidi sebesar Rp. 68,7 triliun pada tahun 2007 yang sesungguhnya dapat lebih bermanfaat apabila dipergunakan misalnya untuk pendidikan, kesehatan dan sebagainya malah dipakai untuk membiayai bahan konsumsi yang menjadi salah satu penyumbang emisi dan menyebabkan pemanasan global.


Opsi Pemerintah Dalam Penyelamatan APBN

Pemerintah melalukan berapa langkah atau opsi dalam mengatasi beban Subsidi ini. Diantara opsi-opsi tersebut adalah :

1. Efisiensi BBM

Pola konsumsi BBM kita termasuk dalam kategori boros dibanding negara-negara Asia lainnya. Sektor transportasi merupakan sektor terbesar yang menggunakan BBM. Sistem transportasi yang buruk, faktor yang mengakibatkan rendahnya efisiensi BBM di Indonesia adalah mesin-mesin tua industri, pemakaian solar yang terlalu besar untuk pembangkit tenaga listrik, juga penggunaan minyak tanah bersubsidi yang terlalu besar. Pemerintah harus segera mengambila langkah kongkret. Opsi yang dilakukan misalnya dengan cara membatasi jumlah penjualan kendaraan bermotor di Indonesia, mengganti mesin-mesin industri yang sudah tua dan sebagainya. Di tahun 2008 di sebagian SPBU penggunaan premium diganti dengan premium beroktan 90 atau disebut Pertamax dimulai dari SPBU di Jakarta dan diikuti di kota-kota besar di Indonesia. Dengan cara ini pemerintah dapat menghemat sebesar Rp. 4 – Rp. 5 triliun.

2. Mengadakan Disparitas Harga

Pemerintah membedakan harga untuk kendaraan umum dan kendaraan pribadi. Untuk kendaraan pribadi harga dinaikkan, sedangkan untuk kendraaan umum harga tetap. Opsi ini sepertinya kurang efektif, akibat yang ditimbulkannya adalah masih ada celah bagi konsumen atau sopir-sopir angkutan untuk melakukan korupsi atau pengoplosan minyak, dan kecurangan-kecurangan lain.

3. Peningkatan Produksi minyak nasional

Untuk tahun 2007 ini sepertinya langkah ini tidak terlalu banyak berpengaruh karena kita sudah berada di ujung tahun. Target yang ditetapkan pemerintah untuk menaikkan produksi nasional hingga 950 ribu barel per hari tampaknya terus diupayakan walaupun agak sulit kenyataanya. Untuk tahun 2008, pemerintah menaikkan target produksi (lifting) 1.034 juta barel per hari. Cara ini tentu harus banyak faktor yang ditempuh diantaranya dengan membangun infrastruktur energi di tanah air dan terus menggali potensi produksi nasional.

4. Penghematan dan Peningkatan Kinerja pada sektor anggaran lain

Untuk mengurangi besarnya beban subsidi yang ditimbulkan, pemerintah juga harus melakukan opsi ini yaitu melakukan penghematan belanja lembaga dan kementrian. Kemungkinan dapat terjadi underspending (belanja tidak terserap) dan sisanya dapat dipakai untuk menutup penambahan subsidi tanpa harus melebarkan defisit.

5. Memperbaiki Kinerja PLN dan Pertamina

PLN dan Pertamina adalah penyumbang biaya energi terbesar. Untuk itu harus dilakukan berbagai upaya dan kebijakan untuk mengelola dua BUMN ini. Dalam melakukan penghematan tenga listrik pemerintah misalnya telah berencana membagikan lampu hemat energi kepada masyarakat sebanyak 50 juta buah pada tahun 2008. Investasi pembangkitan kelistrikan non BBM juga harus dikembangkan. Pemerintah harus memberikan insentif yang memadai untuk memberikan kesempatan bagi investor untuk menanamkan modalnya di bidang ini. Jika pemerintah mempercepat pembangunan proyek pembangkit listrik 10 ribu Mw, beban subsidi yang terasa berat dapat ditekan.

6. Optimalisasi Target Penerimaan Pajak dan Deviden BUMN

Target PPh dinaikkan Rp. 9 triliun, cukai Rp. 1 triliun dan usaha ekstra Ditjen pajak ditambah Rp. 5 triliun. Pertamina diperkirakan mendapat windfall profit sebesar Rp. 9 triliun dan pemerintah akan mengambil dari devidennya. .

7. Menaikkan Harga BBM

Opsi ini merupakan opsi yang tidak populer dan sangat memberatkan bagi masyarakat. Apalagi jelang Pemilu 2009, tentu sangat berpengaruh bagi kepemimpinan sekarang. Namun opsi ini dapat dilakukan bila pemerintah telah mempertimbangkannya dengan baik dan tidak merugikan masyarakat. Pemerintah dapat menetapkan harga sesuai dengan mekanisme pasar. Cara ini sebenarnya dapat mengurangi disparitas atau perbedaan harga antara harga impor minyak mentah dan BBM dan harga jual BBM di dalam negeri.

8. Substitusi BBM dan Mempercepat Konversi Energi dengan Energi Alternatif

Opsi ini sebenarnya sudah dilakukan oleh berbagai pihak dari tahun-tahun sebelumnya, namun hingga sekarang belum membuahkan hasil yang nyata. Opsi ini merupakan opsi yang paling efektif karena BBM merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui dan di Indonesia mempunyai beberapa sumber energi alternatifnya. Sumber energi tersebut juga berasal dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui atau (renewables).

- Substitusi BBM dengan Energi Lain
Kita mempunyai cadangan gas bumi dan batubara yang cukup besar, kenapa kita tidak memanfaatkannya? Penggunaan sumber daya ini sebenarnya masih cukup terbuka. Pemerintah harus menekan ekspor sumber daya ini dan menggunakan untuk keperluan bangsa. Langkah yang telah ditempuh pemerintah diantaranya konversi penggunaan minyak tanah dengan kompor dan tabung gas merupakan cara yang lumayan efektif. Walau pemerintah terkesan kurang siap dengan pengadaan kompor dan tabung gas melalui impor.

- Mempercepat Konversi dengan Energi Alternatif / Diversifikasi Energi
Dulu sudah ada peneliti-peneliti untuk mengembangkan berbagai energi alternatif, namun hingga sekarang kabar-kabar tersebut jarang terdengar dan tidak terlalu cepat pengembangannya. Memang hal ini cukup rumit, karena masih dalam tahap penelitian dan pengembangan. Diantara diversifikasi energi dengan menggunakan energi alternatif tersebut misalnya menggunakan bio diesel untuk mengganti solar, menggunakan tenaga matahari, tenaga air, dan tenaga angin yang jumlahnya cukup banyak tersedia di Indonesia.

9. Penerbitan Obligasi dan SUN (Surat Utang Negara)

Opsi ini dilakukan apabila negara benar-benar dalam kesulitan dan dalam keadaan defisit.