Saturday, October 25, 2008

Krisis Ekonomi Global Kembali Melanda, Bagaimana Dengan Perekonomian Kita?

Setelah sekian lama menghilang, akhirnya punya waktu juga untuk ngeblog. Inspirasi yang pas ga pernah nongol, padahal pengen banget ngeblog. Daripada kosong, setelah lihat sana, lihat sini, dengar sana, denger sini, akhirnya kepingin juga posting tentang ekonomi lagi. Ya tentang ekonomi yang sekarang lagi hangat dibacarakan.Mari kita cerita-cerita sedikit.

Krisis ekonomi global kini tengah melanda dunia. Sebenarnya sejak Januari lalu sudah ada indikasinya. Hingga bulan Oktober ini semakin terlihat dampak yang ditimbulkannya. Negara besar saja seperti Amerika tengah dilanda resesi besar-besaran. Pasar modal dunia tergoncang! Terhempas hanya dalam hitungan hari. Indeks Dow Jones anjlok begitu dalam sebesar 679 poin hanya satu hari (7,3%). Ini crash yang tertinggi dalam 21 tahun terakhir sejak black monday 1987. Crash Wall Street sangat ironi, sebab terjadi setelah paket bail out senilai US$ 700 milyar mendapatkan persetujuan Senat dan Kongres Amerika Serikat. Tidak hanya itu, “badai Wall Street” memaksa “tengkurap” bursa efek di Eropa, Asia, dan Australia. Bahkan Bursa Efek Indonesia (BEI) tutup tiga hari demi menyelamatkan IHSG dari kejatuhan yang lebih parah. Selama Januari sampai dengan Agustus 2008, sebagian bursa saham dunia anjlok sangat siknifikan. Bahkan IHSG BEI berada pada posisi 6 dengan tingkat keanjlokan mencapai 19,61%.

Tidak hanya Negara besar yang terkena imbasnya, Negara-negara di belahan dunia lainnya juga terkena dampaknya. Terutama bagi Negara-negara berkembang dan perekonomian yang kurang kuat, tentu hal ini menjadi momok yang menakutkan. Indonesia sebagai negara yang baru berkembang, tidak bisa luput dari pengaruh tersebut. Walaupun secara fundamental perekonomian indonesia bisa diindikasikan cukup baik. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam yang mempengaruhi perekonomian diluar mekanisme pasar sering disebut akibat pengarus “eksternalitas”.


Mengapa Krisis Terjadi?

Dalam kegiatan-kegiatan ekonomi pasar modal, terdapat penjualan/pembelian surat-surat berharga. Di dalam transaksi ini sering berpotensi penipuan yang melahirkan ekonomi balon (buble economy). Potensi ini sendiri semakin menjadi-jadi karena mekanisme jual beli surat berharga memperbolehkan aksi short-shelling (menjual sesuatu yang belum dimiliki) dan margin trading (membeli sesuatu melebihi daya beli yang dimiliki) sehingga membentuk kekuatan penawaran dan permintaan yang fiktif.

Dalam kasus Subprime mortgage, Bank-bank komersial dan bank-bank investasi memberikan utang kepada masyarakat dengan mempertaruhkan sektor riil. Utang yang dipinjamkan oleh bank kepada masyarakat bukanlah uang yang dimiliki bank, melainkan uang masyarakat yang dihimpun oleh perbankan. Permasalahannya, bank komersial dengan peraturan fractional reserve requirement dapat memberikan utang kepada siapa pun melebihi dana simpanan nasabah yang dihimpun oleh bank. Makanya tidak aneh, ketika terjadi rush perbankan mana pun di dunia pasti ambruk.

Dalam kondisi ketersediaan likuiditas yang besar dan suku bunga yang rendah, ambisi kerakusan dan naluri spekulasi para pelaku pasar akan semakin tak terkendali. Surat berharga akan diperdagangkan secara berlebihan (over trading) sehingga melahirkan eskalasi harga yang hebat. Inilah yang terjadi seperti krisi subprime mortgage di Amerika. Hilangnya kepercayaan para pelaku pasar untuk menanamkan modalnya membuat anjloknya bursa saham dunia. Hal inilah yang menyebabkan krisis ekonomi. Di lain pihak ada yang menganggap krisis global disebabkan oleh World Bank atau Bank Dunia yang telah mengeluarkan dana untuk membiaya perusahaan-perusahaan yang menyebabkan kerusakan iklim global seperti perusahaan batu bara, minyak dan gas. Bank Dunia menggunakan dana publik untuk membiayai kredit untuk pinjamannya. Ditaksir besar hutang yang dihimpun sampai dengan tahun 2008 adalah US$ 28 Milyar. Sungguh suatu dana yang besar.

Dalam menanggulangi krisis global ini, hendaknya berbagai pihak mengedepankan langkah-langkah sebagai berikut :

Peran Pemerintah

  1. Di antaranya adalah melakukan buy back (melakukan pembelian kembali) saham-saham perusahaan yang anjlok. Pemerintah mengeluarkan dana talangan 4 triliun untuk melakukan buy back.
  2. Inside of Paradigm. Menyesuaikan keadaan ekonomi internal dengan menengok ke luar (melihat keadaan ekonomi) eksternal. Hal ini telah dilakukan diantaranya dengan menunda privatisasi beberapa BUMN.
  3. Mempercepat pencairan (disburtment) anggaran pemerintah.
  4. Pemerintah bersama BI memberi jaminan yang lebih tinggi terhadap simpanan konsumen atau nasabah. Hal yang telah dilakukan menaikkan jaminan dari 100 juta menjadi 2 milyar rupiah.
  5. Melakukan perbaikan kebijakan-kebijakan di bidang investasi dan melakukan pendekatan-pendekatan yang sifatnya konvensial (memberikan insentif) dan unkonvensional.
  6. Mengeluarkan regulasi yang cepat dan tepat seperti mengeluarkan Undang-udang atau Perpu. Campur tangan pemerintah dalam dunia usaha sangat diperlukan. Semakin baik kualitas regulasi, semakin sedikit dampak yang ditimbulkannya bagi kegiatan ekonomi bangsa. Karena apa? Para pemain pasar yang rakus, oportunis, rajin berspekulasi, semakin kecil berpeluang untuk memanfaatkan lubang-lubang peraturan untuk memperkaya diri. Karena itu peran regulator sangat diperlukan sebagai penanggung jawab dan integritas.

Dari beberapa langkah tersebut, alangkah lebih baiknya bila lebih menitik beratkan pada sektor rill khususnya bagi Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM), menggalakkan penggunaan produk-produk lokal dan sebagainya.

Peran BI bersama industri perbankan

  1. Mempertahankan rasio kecukupan modal (CAR). Meskipun terjadi peningkatan resiko (market, credit, liquidity risks), namun masih dalam taraf manageable. Rasio kecukupan modal (CAR) masih tinggi (Agustus 2008: 16,0%). Sampai saat ini, rasio NPL masih dalam tingkat yang relatif rendah. (NPL Agustus 2008: 3,95%).
  2. Pertumbuhan kredit yang meningkatnya sangat cepat sampai dengan Agustus tumbuh sebesar 36%. Hal ini masih perlu disesuaikan karena kredit yang cukup tinggi. Sasarannya adalah menjaga pertumbuhan kredit pada kondisi yang sustain artinya dapat mendukung pertubuhan ekonomi yang wajar dalam situasi seperti saat ini.
  3. Pemantauan terhadap neraca pembayaran dari sisi current account dan capital account (memantau perubahan situasi diluar dan perlambatan ekonomi global yang hampir semua negara terkena imbasnya). Langkah antisipasinya dengan mendorong ekspor, mengendalikan impor yang tidak esensial dan mendorong sumber-sumber pembiayaan yang suistainable.
  4. Di samping itu peran BI adalah menstabilkan rupiah agar jangan sampai menembus Rp10.000 per dolarnya sebagai ambang batas toleransi. Kalau level Rp 10.000 itu terlewati maka dampaknya akan sangat luar biasa.

Peran Masyarakat dan Para Pelaku Usaha

  1. Sebenarnya dalam menghadapi krisis ini masyarakat harus tidak panik terhadap gejolak yang terjadi. Anjloknya bursa saham sangat dirasakan oleh negara-negara besar seperti Amerika, karena 96 % kegiatan ekonomi masyarakatnya berbasis di pasar modal. Sedangkan di Indonesia hanya 3 % yang berkecimpung di pasar modal. Tetap mempertahankan sektor-sektor rill. Transaksi ekonomi konvensional seperti biasa.
  2. Semua kalangan tetap optimis, dan bersinergi menghadapi krisis keuangan, untuk memelihara momentum pertumbuhan dan mengelola serta mengatasi dampak krisis itu. Tidak seharusnya panik. Selain itu juga agar masyarakat membangun persepsi yang seimbang dan terintegrasi untuk menjaga kredibilitas perekonomian nasional.
  3. Mengantisipasi untuk menyelamatkan aset dan keuangan misalnya melakukan pengalihan investasi ke arah yang lebih tepat.

Langkah-langkah lain :

  1. Moratorium of Liberasme. Menghentikan sementara percepatan liberasi perekonomian dengan memberi sedikit nafas kepada pelaku usaha dalam negeri.
  2. Meningkatkan sikap profesionalisme. Jajaran pemerintah khususnya memperkokoh sinergi dan kemitraan atau partnership dengan jajaran perbankan dan swasta.
  3. Sinergi ekonomi indonesia. Perlu ada langkah pihak untuk mendiskusikan, mencari solusi bersama untuk mengatasi krisis ekonomi.

Harapan

Kita berharap pasar asia masih bertahan dalam menghadapi krisis yang terjadi di AS. Hendaknya berbagai pihak tetap optimis dengan tidak terpengaruh terhadap isu-isu negatif dari orang yang tidak bertanggung jawab. Yakinlah bahwa keadaan ekonomi bangsa kita tidak terlalu terpengaruh karena gejolak luar negeri. “Negara-negara yang memilih jalan berbeda dari resep ekonomi konvesional ternyata membuktikan diri lebih tahan dalam menghadapi berbagai gejolak eksternal”.

Diolah dari berbagai sumber.
Muara Enim, 24 Oktober 2008 by : DeWa_2713